Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Penjelasan Hawa Nafsu Menurut Islam

Halo teman-teman semuanya Pada kesempatan kali ini kita akan membahas mengenai nafsu. Di mana dalam mengendalikan hawa nafsu butuh usaha ekstra keras. Sebab nafsu menjadi bagian dari fitrah manusia yang diberikan Allah SWT. Lalu bagaimana cara melatih diri agar hawa nafsu terkendalikan?

Jadi ketika seseorang diuji dengan hawa nafsu, setiap waktu dan setiap keadaan yang selalu berbisik ke dalam diri kita. Maka, kita harus terus berlatih untuk menolak sesuatu hal-hal tertentu yang berlebihan yang menguasai hati kita sehingga secara perlahan dapat menghindari hawa nafsu.

Nafsu

Pengertian Hawa Nafsu

Hawa nafsu merupakan desakan keras untuk menuruti keinginan dari hati. Dimana hawa nafsu adalah kecintaan terhadap sesuatu sehingga kecintaan itu menguasai hatinya. Kecintaan tersebut sering menyeret seseorang untuk melanggar ketentuan Allah subhanahu wa ta'ala. Oleh karena itu hawa nafsu harus ditundukkan agar bisa taat terhadap syari’at Allah SWT. Adapun secara istilah syari’at, hawa nafsu bisa diartikan kecondongan jiwa terhadap sesuatu yang disukainya sehingga keluar dari batas syari’at.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

يٰدَاوٗدُ اِنَّا جَعَلْنٰكَ خَلِيْفَةً فِى الْاَ رْضِ فَا حْكُمْ بَيْنَ النَّا سِ بِا لْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوٰى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗ اِنَّ الَّذِيْنَ يَضِلُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ لَهُمْ عَذَا بٌ شَدِيْدٌ بِۢمَا نَسُوْا يَوْمَ الْحِسَا بِ

yaa daawuudu innaa ja'alnaaka kholiifatang fil-ardhi fahkum bainan-naasi bil-haqqi wa laa tattabi'il-hawaa fa yudhillaka 'ang sabiilillaah, innallaziina yadhilluuna 'ang sabiilillaahi lahum 'azaabung syadiidum bimaa nasuu yaumal-hisaab

Artinya: "(Allah berfirman), Wahai Daud! Sesungguhnya engkau Kami jadikan khalifah (penguasa) di bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah. Sungguh, orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari Perhitungan."
(QS. Sad 38: Ayat 26)

Dikutip dari nu.or.id bahwasanya terdapat tiga level nafsu. Pertama, nafsu ammarah yang termaktub dalam surat Yusuf ayat 53. Nafsu ammarah ini, kata Kiai Adib, seringkali tidak terkendali karena emosi mengalahkan akal pikiran dan syariat Allah. 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَمَاۤ اُبَرِّئُ نَفْسِيْ ۚ اِنَّ النَّفْسَ لَاَ مَّا رَةٌ بِۢا لسُّوْٓءِ اِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيْ ۗ اِنَّ رَبِّيْ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

wa maaa ubarri`u nafsii, innan-nafsa la`ammaarotum bis-suuu`i illaa maa rohima robbii, inna robbii ghofuurur rohiim

Artinya: "Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang."
(QS. Yusuf 12: Ayat 53)

"Kedua, nafsu lawwamah yang tertulis dalam surat al-Qiyamah ayat 1-2. Nafsu yang bisa dikendalikan oleh manusia, bisa disetir oleh pengetahuan syariat yang telah dipahami oleh orang mu'min," dikarenakan pada ayat tersebut dijelaskan bahwasanya seseorang yang memiliki pengetahuan tentang agama sehingga menjadikan ia tau tentang adanya hari kiamat itu pasti ada tapi entah kapan waktunya, 

Dan hal tersebut yang menjadikan dorongan bahwa adanya kehidupan setelah di dunia yaitu di akhiran. Sehingga hal itu menjadikan dirinya mampu untuk mengendalikan dirinya atas kesalahan-kesalahannya, dan kemudian dapat menjadi pemicu untuk mengontrol hawa nafsunya. 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

لَاۤ اُقْسِمُ بِيَوْمِ الْقِيٰمَةِ ۙ 

laaa uqsimu biyaumil-qiyaamah

Artinya: "Aku bersumpah dengan hari Kiamat,"
(QS. Al-Qiyamah 75: Ayat 1)

وَلَاۤ اُقْسِمُ بِا لنَّفْسِ اللَّوَّا مَةِ ۗ 

wa laaa uqsimu bin-nafsil-lawwaamah

Artinya: "dan aku bersumpah demi jiwa yang selalu menyesali (dirinya sendiri)."
(QS. Al-Qiyamah 75: Ayat 2)

Ketiga, lanjut Kiai Adib, nafsu mutmainnah yang terdapat dalam surat al-Fajr ayat 27-30. Orang yang memiliki nafsu ini diundang oleh malaikat bahwa ia punya ketenangan dari Allah SWT dan tergolong dalam orang-orang saleh.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

يٰۤاَ يَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ۖ 

yaaa ayyatuhan-nafsul-muthma`innah

Artinya: "Wahai jiwa yang tenang!"
(QS. Al-Fajr 89: Ayat 27)

ارْجِعِيْۤ اِلٰى رَبِّكِ رَا ضِيَةً مَّرْضِيَّةً ۚ 

irji'iii ilaa robbiki roodhiyatam mardhiyyah

Artinya: "Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya."
(QS. Al-Fajr 89: Ayat 28)

فَا دْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِى ۙ 

fadkhulii fii 'ibaadii

Artinya: "Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku,"
(QS. Al-Fajr 89: Ayat 29)

وَا دْخُلِيْ جَنَّتِى

wadkhulii jannatii

Artinya: "dan masuklah ke dalam surga-Ku."
(QS. Al-Fajr 89: Ayat 30)
"Tiga tingkatan nafsu itu, terangkum dalam surat Fathir ayat 32. Dalam ayat tersebut, Allah SWT menyebut tiga kelompok manusia berdasarkan tiga nafsu tersebut," 

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

ثُمَّ اَوْرَثْنَا الْكِتٰبَ الَّذِيْنَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَا دِنَا ۚ فَمِنْهُمْ ظَا لِمٌ لِّنَفْسِهٖ ۚ وَمِنْهُمْ مُّقْتَصِدٌ   ۚ وَمِنْهُمْ سَا بِقٌ بِۢا لْخَيْرٰتِ بِاِ ذْنِ اللّٰهِ ۗ ذٰلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيْرُ ۗ 

summa aurosnal-kitaaballaziinashthofainaa min 'ibaadinaa, fa min-hum zhoolimul linafsih, wa min-hum muqtashid, wa min-hum saabiqum bil-khoirooti bi`iznillaah, zaalika huwal-fadhlul-kabiir

Artinya: "Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menzalimi diri sendiri, ada yang pertengahan, dan ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang besar."
(QS. Fatir 35: Ayat 32)

Bahaya mengikuti Hawa Nafsu

Allah memberikan nafsu pada umat manusia itu sebagai ujian, jadi bagi umat manusia yang dapat memanfaatkannya untuk kebaikan maka akan mendapat kebaikan pula. Sedangkan bagi yang menjuruskan nafsunya pada hal hal yang dilarang agama, maka orang tersebut pun akan mendapat balasan nya kelak di akhirat.

Setiap manusia harus dapat mengontrol hawa nafsu nya sendiri, sehingga bukan sebaliknya yakni nafsu yang mengontrol dirinya. Oleh karenanya berikut ini adalah beberapa penjelasan mengenai bahaya yang kita terima jika kita tidak bisa memahami dan mengontrol hawa nafsu yaitu:

  • Tidak mampu memahami agama

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَمِنْهُمْ مَّنْ يَّسْتَمِعُ اِلَيْكَ ۚ حَتّٰۤى اِذَا خَرَجُوْا مِنْ عِنْدِكَ قَا لُوْا لِلَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ مَا ذَا قَا لَ اٰنِفًا ۗ اُولٰٓئِكَ الَّذِيْنَ طَبَعَ اللّٰهُ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ وَ اتَّبَعُوْۤا اَهْوَآءَهُمْ

wa min-hum may yastami'u ilaiik, hattaaa izaa khorojuu min 'ingdika qooluu lillaziina uutul-'ilma maazaa qoola aanifaa, ulaaa`ikallaziina thoba'allohu 'alaa quluubihim wattaba'uuu ahwaaa`ahum

Artinya: "Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkan perkataanmu (Muhammad), tetapi apabila mereka telah keluar dari sisimu, mereka berkata kepada orang yang telah diberi ilmu (sahabat-sahabat Nabi), Apakah yang dikatakannya tadi? Mereka itulah orang-orang yang dikunci hatinya oleh Allah, dan mengikuti keinginannya."
(QS. Muhammad 47: Ayat 16)

Jadi bahaya dari nafsu dalam Islam adalah seorang tersebut menjadi lalai dalam kehidupan akhirat nya, dan hanya mementingkan kehidupan di dunia. sehingga hal tersebut menjadikan tertutup hatinya dan tidak mampu memahami agama. Karena cara merubah diri menjadi lebih baik menurut islam ialah dengan menjauhi hawa nafsu yang menjurus pada keburukan.

  • Berada di jalan yang sesat

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

اَفَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ اِلٰهَهٗ هَوٰٮهُ وَاَ ضَلَّهُ اللّٰهُ عَلٰى عِلْمٍ وَّخَتَمَ عَلٰى سَمْعِهٖ وَقَلْبِهٖ وَجَعَلَ عَلٰى بَصَرِهٖ غِشٰوَةً ۗ فَمَنْ يَّهْدِيْهِ مِنْۢ بَعْدِ اللّٰهِ ۗ اَفَلَا تَذَكَّرُوْنَ

a fa ro`aita manittakhoza ilaahahuu hawaahu wa adhollahullohu 'alaa 'ilmiw wa khotama 'alaa sam'ihii wa qolbihii wa ja'ala 'alaa bashorihii ghisyaawah, fa may yahdiihi mim ba'dillaah, a fa laa tazakkaruun

Artinya: "Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya sesat dengan sepengetahuan-Nya, dan Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutup atas penglihatannya? Maka siapakah yang mampu memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat)? Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?"
(QS. Al-Jasiyah 45: Ayat 23)

Orang yang hanya mengejar dunia akan berada di jalan yang sesat sebab di dalam hatinya tidak pernah mengingat Allah dan kehidupan di akhirat. Setiap jalan yang dilaluinya jauh dari niat karena Allah atau jauh dari keikhlasan. Oleh karena itu kita sebagai umat Islam di anjurkan untuk dapat mengontrol hawa nafsu agar tidak terjerumus ke dalam kesesatan.

  • Timbul Sifat Rakus

Rakus bukanlah sifat orang yang bertaqwa melainkan sifat tersebut sangat tidak disukai oleh Allah SWT. Rakus yang dimaksud ialah rakus dalam hal mengejar kenikmatan duniawi, selalu merasa ingin memiliki segala sesuatu dan bahkan sesuatu yang belum pantas atau seharusnya tidak menjadi haknya. Contohnya ialah mengejar hawa nafsu karena ingin menjadi pejabat, atau rakus dalam mengejar hal tertentu padahal kemungkinan seseorang tersebut belum memiliki kemampuan dan ilmu pengetahuan yang mumpuni dalam mengemban tanggung jawabnya.

  • Tidak pernah bersyukur

Bahaya mengikuti hawa nafsu dalam islam ialah menjadi orang tidak merasa bersyukur, sebab orang tersebut tidak percaya akan nikmat dan takdir yang telah diberikan Allah kepada kita, dan perlu kita ketahui bahwa Allah selalu memberi sesuatu tepat pada waktunya dan dengan kadar yang terbaik untuknya. Dan seseorang yang senantiasa mengikuti hawa nafsunya akan merasa bahwasannya apa yang ia miliki itu selalu kurang dan kurang.

Dan hawa nafsu mengantarkan manusia menuju godaan syetan yang selalu menuntun untuk jauh dari syariat Allah dan jauh dari rasa syukur. Jika terkena suatu musibah, atau tidak mendapat sesuatu hal yang sesuai dengan keinginannya maka hawa nafsunya akan langsung menyalahkan Allah dan nasib yang diterimanya. Ia menganggp bahwa segala sesuatu tidak adil untuknya dan selalu merasa orang lain lebih beruntung dari dirinya.

Sedangkan orang yang beriman selalu percaya pada kebaikan Allah dan percaya bahwa segala sesuatu akan diberi oleh Allah dan dimiliki oleh Nya di waktu yang tepat, sehingga ia selalu memiliki rasa semangat dalam hatinya sebab kepercayaannya akan anugrah Allah.

  • Tidak Percaya Syariat Al Qur’an

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَلَوِ اتَّبَعَ الْحَـقُّ اَهْوَآءَهُمْ لَفَسَدَتِ السَّمٰوٰتُ وَا لْاَ رْضُ وَمَنْ فِيْهِنَّ ۗ بَلْ اَتَيْنٰهُمْ بِذِكْرِهِمْ فَهُمْ عَنْ ذِكْرِهِمْ مُّعْرِضُوْنَ ۗ 

wa lawittaba'al-haqqu ahwaaa`ahum lafasadatis-samaawaatu wal-ardhu wa mang fiihinn, bal atainaahum bizikrihim fa hum 'ang zikrihim mu'ridhuun

Artinya: "Dan seandainya kebenaran itu menuruti keinginan mereka, pasti binasalah langit dan bumi, dan semua yang ada di dalamnya. Bahkan Kami telah memberikan peringatan kepada mereka, tetapi mereka berpaling dari peringatan itu."
(QS. Al-Mu'minun 23: Ayat 71)

Bahaya mengikuti hawa nafsu dalam islam adalah tidak percaya dan tidak mengikuti syariat Allah yang terdapat dalam Al Qur’an, padahal syariat tersebut yang akan menjadi jalan atau petunjuk bagi manusia untuk mendapat ridho Allah dan jalan menuju surga

Kesimpulan

Nah Itu tadi merupakan sedikit penjabaran mengenai hawa nafsu dan juga bahaya apabila kita senantiasa mengikuti hawa nafsu kita. Dimana apabila kita dapat mengontrol hawa nafsu kita itu akan menjadikan jalan bagi kita untuk masuk ke dalam surga.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَاَ مَّا مَنْ خَا فَ مَقَا مَ رَبِّهٖ وَ نَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوٰى ۙ 

wa ammaa man khoofa maqooma robbihii wa nahan-nafsa 'anil-hawaa

Artinya: "Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari (keinginan) hawa nafsunya,"
(QS. An-Nazi'at 79: Ayat 40)

فَاِ نَّ الْجَـنَّةَ هِيَ الْمَأْوٰى ۗ 

fa innal-jannata hiyal-ma`waa

Artinya: "maka sungguh, surgalah tempat tinggal(nya)."
(QS. An-Nazi'at 79: Ayat 41)

Dan semoga dari penjelasan di atas itu dapat menjadikan motivasi bagi kita untuk senantiasa mengontrol dan memahami hawa nafsu agar kita tidak terjerumus ke dalam kesesatan. Dan apabila kita mampu mengontrol hawa nafsu kita semoga kita selalu berada dalam lindungan Allah subhanahu wa ta'ala dan juga senantiasa diberikan petunjuk.